Analisis Paper

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS
GANGGUAN PREFERENSI SEKSUAL MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR PADA INSTITUSI KEPOLISIAN

A. Rangkuman Isi Paper 
Berdasarkan data kasus yang diperoleh dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Daerah Jawa Timur pelanggaran seksual juga merupakan kasus terbesar setelah kasus kekerasan dalam rumah tangga. Ada beberapa faktor secara umum yang dapat menyebabkan terjadinya sebuah kejahatan. Pertama adalah faktor yang berasal atau terdapat dalam diri si pelaku yang maksudnya bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor yang kedua adalah faktor yang berasal atau terdapat di luar diri pribadi si pelaku. Maksudnya adalah yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari luar diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor rumah tangga dan lingkungan (Hamzah, 1986). 
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah satu personel bagian psikologi di institusi kepolisian yakni Yuliana Ratih Darmayanti, dari faktor kejiwaan tersebut ada beberapa jenis gangguan seksual yang berkaitan dengan pelanggaran seksual berupa gangguan preferensi seksual atau dalam ilmu psikologi sering disebut parafilia (Lampiran 2). Gangguan preferensi seksual atau Parafilia merupakan sekelompok gangguan seksual yang gambaran utamanya berupa khayalan atau perbuatan yang tidak lazim atau aneh untuk mendapatkan gairah seksual. Gangguan preferensi seksual atau Parafilia adalah perilaku menyimpang yang disembunyikan oleh pelakunya, tampak mengabaikan atau menyakiti orang lain, dan merusak kemungkinan ikatan antara orang-orang (Kaplan, 1997). Institusi kepolisian saat ini sudah melakukan cara untuk mengetahui kelainan seksual pada orang bermasalah yakni dengan melakukan tes tulis psikologi dan wawancara setelah bagian psikologi menerima surat keterangan untuk dilakukan tes psikologi bagi orang bermasalah oleh bagian penyidik dari polres. 
Tes tulis psikologi merupakan serangkaian kegiatan pengukuran untuk mendeskripsikan seseorang, baik kemampuan (ability), kepribadian, kecenderungan, dan tanggung jawab sedangkan tes wawancara untuk mengetahui riwayat hidup, dinamika selama hidup, dan alasan melakukan sesuatu. Namun dari 10 personel bagian psikolsogi hanya 6 personel yang dapat untuk melakukan tes psikologi dan wawancara tersebut, sedangkan dalam menentukan hasil diagnosis gangguan preferensi seksual hanya 2 personel yang memiliki latar belakang psikologi klinis yang dapat melakukannya, karena dalam mendiagnosis gangguan preferensi seksual terkadang ada gangguan yang memiliki gejala yang sama dan besar kontribusi gejala terhadap suatu gangguan juga ber beda beda. Bagian psikologi juga memiliki jadwal dinas untuk wilayah daerah Jawa Timur setiap bulannya. Jika 2 personel bagian psikologi yang memiliki latar belakang psikologi klinis ditugaskan untuk mengunjungi Polres yang tersebar di wilayah Jawa Timur maka bagian psikologi akan mengalami kendala dalam menentukan diagnosis gangguan preferensi seksual, karena personel yang bukan latar belakang klinis tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam mendiagnosa gangguan preferensi seksual. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dibangun sistem pakar diagnosis gangguan preferensi seksual bagi orang bermasalah dengan metode certainty factor. 
Sistem pakar ini dirancang dengan menerapkan kemampuan dan pengetahuan dari personel bagian psikologi yang memiliki latar belakang klinis. Metode certainty factor digunakan untuk mengakomodasi ketidakpastian pemikiran (inexact reasoning) dan juga untuk menggambarkan tingkat keyakinan ahli psikologi klinis dalam mendiagnosa gangguan preferensi seksual. Sistem pakar ini diharapkan menjadi alat bantu bagi bagian psikologi khususnya bagi personel yang tidak memiliki latar belakang psikologi klinis dalam mendiagnosa gangguan preferensi seksual pada orang bermasalah dan juga diharapkan dapat mempercepat proses tes psikologi sehingga penyelesaian perkara tidak tertunda.
B. Kelebihan Paper
1. System ini mampu mengidentifikasi gangguan preferensi seksual berdasarkan gejala-gejala yang tampak pada orang bermasalah menggunakan metode certainty factor.
2. System ini bisa mendiagnosis gangguan prefensi seksual menggunakan metode certainty factor 
3. System ini bisa menjadi saran bagi orang yang bermasalah dan memberikan penangannya berdasarkan jenis gangguannya
4. System ini sangat praktis bisa mengurangi beban kerja pada pihak kepolisian
5. System ini memudahkan dalam hal melihat gangguang seksual.
6. System ini bisa mendiagnosis secara akurat
C. Kekurangan Paper
1. System ini mungkin memudahkan dalam mendiagnosis suatu gangguang namun belum tentu bisa dioperasikan oleh para penyidik.
2. System ini apabila di terapkan membutuhkan banyak ahli untuk memberikan edukasi terhadap penyidik agar bisa mengoperasikannya


DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.stikom.edu/index.php/jsika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polarisasi Kelompok

Transpersonal

analisis test IQ berbasis komputer dan manual